REVIEW 10
ANALISIS
RENTABILITAS PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DI JAWA TENGAH
Oleh:
Sukardi
Ikhsan
(Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia)
Badingatus Solikhah
(Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia)
Gedung C6, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50229
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan
data yang diambil dari Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah diketahui bahwa
jumlah KPRI di Jawa Tengah yang terdaftar dan telah melaksanakan RAT adalah
2.932 koperasi. Selanjutnya dengan menggunakan rumus Slovin diambil 97 KPRI
sebagai sampel penelitian dengan tahun pengamatan 2008 dan 2009, dimana
sebagian besar KPRI tersebut bergerak dalam usaha simpan pinjam. Setelah
dilakukan pemilihan sampel secara acak berdasarkan kota/kabupaten, terpilih 7
kabupaten/kota sebagaimana terdapat dalam Tabel 2.
Sampel
menunjukkan rata-rata nilai rentabilitas sebesar 4.53%. Rentabilitas sering
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal (Munawir, 2007). Standar
yang digunakan dalam mengukur rentabilitas ekonomi adalah tingkat suku bunga
yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Tingkat suku bunga yang berlaku pada
tahun 2008 sebesar 8,67% sedangkan tahun 2009 sebesar 7,25% (www.bi.go.id).
Rentabilitas KPRI di Jawa Tengah sebesar 4.53% masih jauh dibawah suku bunga
yang berlaku dipasar, sehingga angka tersebut memberikan arti bahwa penggunaan
asset-aset produktif untuk menghasilkan laba belum maksimal.
Tabel
2. Sebaran Sampel berdasarkan Kota/Kabupaten
Rentabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu.Rentabilitas perusahaan di ukur dengan kesuksesan perusahaan dan
kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Rentabilitas sering digunakan
untuk mengukur efisien penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan
memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh
karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran
bahwa badan usaha tersebut rendabel (Munawir, 2007).
Menurut
Keown et al. (2001), tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi ditentukan oleh dua
faktor, yaitu profit margin dan turnover of operating assets. Profit margin
dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya
laba usaha dalam hubungannya dengan sales.Turnover of operating assets (tingkat
perputaran aktiva usaha) mengukur sampai seberapa jauh aktiva usaha dipakai
dalam perusahaan. Turnover of operating assets dimaksudkan untuk mengetahui
efisiensi perusahaan dengan melihat kecepatan perputaran operating assets dalam
suatu periode tertentu.
Dari
sisi likuiditas, tingkat likuiditas KPRI di Jawa Tengah termasuk dalam kategori
over likuid dengan nilai rata-rata sebesar 360.73%. Hal ini menunjukkan bahwa
aktiva lancar pada sebagian besar KPRI belum digunakan secara e! sien.
Sementara itu 58.43% dari modal mereka berasal dari pinjaman pihak ketiga.
Sehingga hal tersebut semakin membebani KPRI terutama biaya bunga yang harus
dibayarnya, terlebih lagi apabila KPRI tersebut tidak mampu menyalurkannya
kembali kepada peminjam. Jika ditinjau dari segi pengendalian biaya, sebagian
besar KPRI di Jawa Tengah menunjukkan kinerja yang cukup efisien dengan angka
BOPO sebesar 73.05%. Sehingga rata-rata laba operasi yang diperoleh oleh KPRI
di Jawa Tengah adalah 26.95% dari pendapatan operasinya.Sebagian besar dari
KPRI yang diteliti termasuk dalam kategori usaha menengah dengan rata-rata
asset Rp 1,485,750,989.00. Hal ini ditampilkan secara lengkap dalam Tabel 1.
Sebelum
dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap
penyimpangan asumsi klasik yang terdiri atas normalitas, multikolinearitas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi (Ghozali, 2006).Berdasarkan hasil
pengujian tidak terdapat prasyarat yang dilanggar. Berdasarkan hasil
perhitungan dengan SPSS diperoleh angka R2adjusted sebesar 19.7%. Hal tersebut
berarti bahwa variabilitas variabel rentabilitas yang mampu dijelaskan oleh
variabilitas varibel likuiditas, solvabilitas, e! siensi pengendalian biaya dan
ukuran koperasi hanya sebesar 19.7%, sedangkan sisanya sebesar 80.3% dijelaskan
oleh faktor lain diluar model. Nilai koefisien determinasi tersebut kecil
dikarenakan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data crossection
dengan variasi yang besar antara masing-masing pengamatan.
Tabel
1. Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif
Selanjutnya,
keempat variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, variable Solvabilitas,
BOPO dan Size terbukti berpengaruh signi! kan terhadap Rentabilitas KPRI di
Jawa Tengah. Sedangkan satu variable lainnya yaitu Likuiditas tidak dapat
dibuktikan berpengaruh terhadap rentabilitas.
Berdasarkan
hasil pengujian bersama atas seluruh variabel independen terhadap rentabilitas (uji
F) diperoleh nilai Fhitung sebesar 12.124 dengan nilai signi! kansi 0.00
dibawah derajat kebebasan 0.05 dengan arah positif. Hal ini ditunjukkan dalam
Tabel 3 secara lengkap.
Tabel
2. Uji F
Secara
keseluruhan ringkasan hasil pengujian hipotesis nampak dalam Tabel 4 yang
menunjukkan bahwa Hipotesis1 ditolak, sedangkan Hipotesis2, Hipotesis3,
Hipotesis4, Hipotesis5 diterima.
Tabel
3. Ringkasan hasil Pengujian Hipotesis
Hasil
pengujian hipotesis 1, diperoleh bukti empiris bahwa likuiditas tidak berpengaruh
terhadap rentabilitas koperasi.Rata-rata tingkat likuiditas pada KPRI di Jawa
Tengah adalah360.73% (over likuid) yang menunjukkan bahwa aktiva lancar pada
KPRI terlalu tinggi dibandingkan dengan hutang lancarnya.Hal tersebut dapat
terjadi karena sebagian besar KPRI yang menjadi objek pengamatan bergerak dalam
usaha simpan pinjam dimana akun Piutang Usaha menunjukkan angka yang cukup
tinggi.Banyaknya piutang yang belum dilunasi tersebut disebabkan jangka
pelunasan yang relatif lama oleh para anggota koperasi. Aktiva lancar yang
tinggi berarti KPRI mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya namun dengan
aktiva yang tinggi tersebut mengindikasikan banyak dana yang menganggur
sehingga kondisi ini menyebabkan KPRI tidak dapat memaksimalkan labanya.
Hasil
penelitian tersebut tidak mendukung teori yang dikemukakan Riyanto (2008) dan
hasil penelitian Lazaridis & Tryfonidis (2006) yang menyatakan bahwa
perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sehingga mampu memenuhi segala
kewajiban ! nansiilnya yang harus segera dipenuhi, dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut likuid sehingga laba yang diperoleh maksimal dan tingkat
rentabilitas ekonomi juga akan rendabel. Sebaliknya perusahaan yang tidak
mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid. Perusahaan yang illikuid suatu
waktu akan menghadapi kesukaran keuangan pada waktu jatuh tempo memenuhi
kewajibannya sehingga akan berakibat pada rentabilitas ekonomi yang tidak
rendabel.
Pengujian
terhadap hipotesis kedua bahwa solvabilitas berpengaruh negatif terhadap
rentabilitas koperasi dapat dibuktikan dengan koe! sien -0.008. Angka tersebut
memberikan arti setiap ada kenaikan tingkat solvabilitas sebesar 1% maka
rentabilitas akan turun sebesar 0.8%. Variabel solvabilitas yang diproxykan
dengan rasio total hutang terhadap total aktivanya menunjukkan rata-rata
sebesar 58.43%. Nilai tersebut berarti bahwa modal koperasi lebih banyak
berasal dari pinjaman pihak ketiga dibandingkan dengan simpanan pokok dan
simpanan wajib anggota koperasi. Kondisi tersebut berakibat kepada beban bunga
yang harus dibayar koperasi cukup tinggi. Sementara itu apabila dilihat dari
segi penyaluran dana dalam bentuk pinjaman terhadap anggotanya juga memperlihatkan
kondisi yang kurang efisien, yaitu jangka waktu pelunasan yang cukup lama
sehingga dana banyak yang menumpuk di piutang. Apabila kondisi tersebut tidak segera
dibenahi maka lambat laun kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba semakin
kecil sehingga akan berakibat terhadap penurunan nilai rentabilitasnya.
Temuan
tersebut selaras dengan pendapat Weston & Copeland (1996) bahwa
solvabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rentabilitas
ekonomi.Apabila perusahaan mampu membayar hutang-hutangnya pada saat
dilikuidasi maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan
solvabel. Dimana perusahaan akan memperoleh laba yang akan meningkatkan
pencapaian rentabilitas ekonomi. Sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu
membayar seluruh hutang-hutangnya pada saat dilikuidasi maka perusahaan
tersebut dalam keadaan insolvabel sehingga dapat mengakibatkan rentabilitas
ekonomi yang tidak rendabel.
Konsep
Van Horne & Wachowicsz Jr (2005) juga semakin memperkuat temuan tersebut. Rasio
debt to total asset menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan
dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh
pendanaan hutang. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar risiko keuangan.
Semakin rendah rasio ini semakin rendah risiko keuangan perusahaan.
Hipotesis
ketiga yang menyatakan bahwa efisiensi pengendalian biaya berpengaruh negative terhadap
rentabilitas ekonomi pada KPRI di Jawa Tengah berhasil dibuktikan. Koe! sien
sebesar –0.067 menunjukkan bahwa setiap ada penurunan BOPO sebesar 1% akan
mengakibatkan kenaikan rentabilitas ekonomi sebesar 6.7%. Atau dengan kata lain,
pengendalian biaya yang efisien akan berpengaruh terhadap kenaikan laba
koperasi. Hal ini menunjukkan KPRI tersebut mampu mengelola biaya dengan
optimal sehingga dengan pengendalian biaya yang sangat efisien dapat mendatangkan
laba yang berdampak pada meningkatnya rentabilitas ekonomi.
Hasil
penelitian ini sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa efisiensi
pengendalian biaya berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi.Menurut Munawir
(2007) efisiensi pengendalian biaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
profitabilitas.Jika biaya operasional yang dikeluarkan tinggi maka laba yang
diperoleh lebih kecil sehingga menyebabkan menurunnya rentabilitas ekonomi
perusahaan. Sebaliknya, jika biaya operasional yang dikeluarkan rendah maka
laba yang diperoleh lebih besar sehingga menyebabkan meningkatnya rentabilitas
ekonomi.
Pengujian
atas variabel size/ukuran koperasi menunjukkan hasil bahwa semakin besar ukuran
koperasi maka semakin kecil rentabilitas ekonominya. Hasil ini tidak sesuai
dengan hipotesisyang diajukan bahwa semakin besar ukuran koperasi maka semakin
tinggi tingkat rentabilitasnya.
Size/ukuran
koperasi yang diproxykan dengan jumlah aset yang dimiliki ternyata tidak dapat
menjamin tinggi atau rendahnya rentabilitas yang mampu dihasilkan koperasi.
Koperasi dengan aset yang tinggi sehingga koperasi tersebut tergolong dalam
kategori usaha besar ternyata tidak berarti bahwa rentabilitas ekonominya
menjadi semakin tinggi atau sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar
KPRI di Jawa Tengah belum mampu mengelola asetnya dengan baik untuk
menghasilkan laba. Atau aset yang dimiliki koperasi tersebut bukan merupakan asset
produktif yang mampu mendongkrak laba.
Pendapat
lain yang tidak mendukung hasil penelitian tentang size berpengaruh positif terhadap
rentabilitas ekonomi adalah dari Brigham & Houston (2006), jika rata-rata
total penjualan bersih yang dicapai oleh perusahaan tinggi, maka perolehan
rentabilitas ekonomi juga akan rendabel. Sebaliknya, jika rata-rata total
penjualan bersih yang dicapai oleh perusahaan rendah, maka perolehan
rentabilitas ekonomi tidak rendabel.
Hipotesis
terakhir seperti terlihat dalam tabel yang ingin membuktikan pengaruh bersama
atas seluruh variabel independen terhadap rentabilitas koperasi terbukti signi!
kan. Namun pengaruh bersama tersebut menunjukkan nilai yang kecil. Hal tersebut
dikarenakan karena dari keempat variabel independen yang diajukan ternyata
hanya dua variabel yang terbukti berpengaruh signifikan dengan arah hubungan
yang sesuai dengan hipotesis. Nilai koefisien determinasi R2 yang dihasilkanpun
juga kecil yaitu hanya sebesar 19.7%.
Penutup
Hasil
penelitian dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan bukti empiris bahwa
variabel solvabilitas, e! siensi pengendalian biaya dan size berpengaruh signi!
kan terhadap rentabilitas ekonomi koperasi. Variabel likuiditas tidak terbukti
berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi koperasi. Hasil pengujian
bersama atas variabel likuiditas, solvabilitas, efisiensi pengendalian biaya
dan size terhadap rentabilitas ekonomi koperasi dapat dibuktikan.
Bagi
peneliti yang hendak mengkaji rentabilitas koperasi secara lebih mendalam dapat
menambahkan variabel lain seperti perputaran modal kerja, profit margin, maupun
struktur modal koperasi.Penelitian lebih lanjut dapat mengklasi! kasikan
koperasi sesuai dengan jenis usaha masing-masing sehingga hasilnya lebih robust
karena dimungkinkan setiap jenis usaha tersebut memiliki karakteristik yang
berbeda.
Daftar Pustaka
Brigham,
E.F. dan J.F. Houston 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jakarta:
Salemba Empat
Ghozali,
I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Universitas Diponegoro
Gitosudarmo,
I. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi 4. Yogyakrta: BPFE
Hanafi,
M.M. dan A. Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Husein,
U. 1996. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja
Persada
Keown,
A.J., S.Jr.J.D. Martin dan J.W. Petty. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba
Empat
Lazaridis,
I. dan D. Tryfonidis. 2006. " e Relationship Between Working Capital
Management and Profitability
of Listed Companies In " e Athens Stock Exchange. www.ssrn.com/papers
Munawir,
S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty
Riyanto,
B. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia UU.
Republik Indonesia No. 25 tentang Perkoperasian. 1992. Jakarta: Dep. Koperasi
dan UMKM UU.
Republik Indonesia No. 20 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 2008.
Jakarta: Dep. Koperasi
dan UMKM.
Van
Horne, J.C. dan J.M. Wachowicsz Jr. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba
Empat
Weston,
J.F. dan T.E. Copeland. 1996. Manajemen Keuangan. Edisi 8. Jakarta: Erlangga
www.bi.go.id
tentang tingkat suku bunga tahun 2008 dan 2009
Nama :
Afriyanti Rimayu
NMP/Kelas : 20211289/2EB09
Tahun : 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar