hello

hello

Selasa, 04 Desember 2012

REVIEW JURNAL EKONOMI KOPERASI 5


REVIEW 11
HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PETERNAK DENGAN KEBERLANJUTAN USAHA ANGGOTA KOPERASI
Oleh:
Lilis Nurlina
(Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor 45363, Sumedang)
e-mail : liswan 1 @ yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Bandung Propinsi Jawa Barat. Metode yang digunakan survey verifikasi. Pengambilan sampel koperasi dilakukan secara multistage cluster random sampling dan peternak responden secara simple random sampling. Ukuran sampel koperasi berjumlah 4 dan responden berjumlah 140 orang peternak sapi perah anggota koperasi ditambah 15 orang informan kunci. Data dianalisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota Koperasi/KUD Sapi Perah sudah berperan dengan baik dalam partisipasinya sebagai pelanggan (membeli sarana produksi dan menjual susu ke koperasi atau memanfaatkan layanan koperasi), namun belum optimal dalam partisipasinya sebagai pemilik (sudah ikut memodali koperasi, tetapi belum optimal dalam memberikan kritik, saran untuk kemajuan koperasi); anggota koperasi/KUD Sapi Perah mampu mempertahankan keberlanjutan usahanya; tingkat partisipasi anggota berhubungan positif dengan keberlanjutan usaha anggota Koperasi/KUD Sapi Perah. Keberlanjutan usaha anggota
menghadapi kendala dalam rendahnya sifat inovatif, belum optimalnya keadilan berusaha jika dilihat dari rasio harga susu dengan harga konsentrat terutama pada KUD Sapi Perah, serta rendahnya skala pemilikan ternak (60 % berada pada skala kecil yang tidak efisien).

Pendahuluan

Dalam menghadapi era perdagangan bebas dan iklim usaha yang sangat kompetitif, peternak perlu mempersiapkan diri melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dari peternak tersebut. Sumber daya manusia khususnya masyarakat peternak menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan beternak sapi perah. Pengembangan sumber daya manusia akan tampak dari banyaknya manusia pembangunan yang mempunyai kemampuan untuk mengendalikan masa depan, yang mengandung implikasi : memiliki kemampuan (capacity), keadilan berusaha (equity), keberdayaan/kekuasaan (empowerment), ketahanan atau kemandirian (sustainability), dan kesalingtergatungan (interdependence) (Ndara, 1990).

Strategi pembangunan peternakan yang berhasil selain diarahkan untuk memperluas cakupan penyempurnaan teknologi intensifikasi, juga yang memberi perhatian sama besar terhadap usaha untuk mengembangkan kemampuan, sikap mental, dan responsitas peternak sehingga semakin banyak pula peternak yang dapat dilibatkan dan melakukan proses perubahan. Dapat dikonsepsikan bahwa tingkat kesesuaian pola pembinaan dan pendekatan kepada peternak secara kuantitas dapat dilihat dari seberapa besar kemampuan pola pembinaan dan pendekatan itu untuk memotivasi dan merangsang
peternak secara lebih aktif meningkatkan partisipasinya.

Pada saat menjelang perdagangan bebas muncul Instruksi Presiden (Inpres) No. 4/1998 tentang Koordinasi Pembinaan dan Pengembangan Persusuan Nasional. Implikasi dari Inppres tersebut yakni tidak ada lagi proteksi terhadap susu lokal sehingga Industri Pengolahan Susu (IPS) bebas melakukan impor ataupun membeli susu dalam negeri berapa pun jumlahnya. Di sisi lain terjadi kekhawatiran peternak sapi perah lokal karena tidak ada lagi jaminan pasar untuk susu dalam negeri. Akibat lain, muncul persaingan ketat antar Koperasi Peternak Sapi Perah maupun KUD Unit Sapi Perah dalam
menghasilkan susu berkualitas.

Persaingan yang semakin ketat menjadikan para pengurus (terutama ketua ) Koperasi/KUD Sapi Perah melakukan pembenahan baik dalam hal pelayanan maupun pembinaan terhadap anggotanya agar produksi susunya dapat terserap IPS. Untuk itu, pengurus koperasi berupaya mempengaruhi dan mengarahkan tingkah laku anggotanya agar berusaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan bersama. Hal tersebut merupakan tugas pengurus dalam melembagakan tata nilai koperasi terutama peningkatan partisipasi peternak yang dilakukan melalui proses sosialisasi, pelaksanaan tata nilai
koperasi dan pelaksanaan sanksi.

Fokus permasalahan penelitian terarah pada anggota Koperasi Mono (Tunggal) Usaha dan Koperasi Multi (Serba) Usaha/KUD Sapi Perah di Wilayah Bandung yang merupakan sentra pengembangan sapi perah di Jawa Barat. Untuk itulah penelitian ini bertujuan mengkaji : (1) tingkat partisipasi anggota sebagai pemilik dan pelanggan Koperasi/KUD Sapi Perah; (2) tingkat keberlanjutan usaha anggota koperasi/KUD Sapi Perah; dan (3) hubungan antara tingkat partisipasi dengan keberlanjutan usaha anggota.

Metode

Penelitian ini merupakan survey pada Koperasi/KUD Sapi Perah di Wilayah Bandung dari bulan Oktober hingga Desember 2006. Penentuan sampel dilakukan dengan cara multistage cluster random sampling untuk koperasi dan simple random sampling untuk responden. Ukuran sampel koperasi berjumlah 4 dan responden berjumlah 140 orang ditambah dengan 15 orang informan kunci yang terdiri dari pengurus, manajer, Kepala Unit Peternakan, Penyuluh Peternakan dari Dinas Peternakan dan Koperasi serta Koordinator Wilayah (Korwil)/ Komisaris Daerah (Komda).

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan para responden, sementara data sekunder diperoleh dari Kantor Koperasi Sampel, GKSI, Dinas Peternakan dan Dinas Usaha Kecil Menengah dan Koperasi Propinsi Jawa Barat serta Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat. Penilaian terhadap variabel partisipasi dan variabel keberlanjutan usaha anggota digunakan skala Likert yang kemudian dibuat panjang kelas interval untuk menentukan kategori yang dapat dicapai. Data dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman.

Hasil dan Pembahasan

1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, KUD Cipta Sari Ciparay dan KUD Sarwa Mukti Cisarua. Di antara keempat Koperasi Sapi Perah, KPBS memiliki wilayah kerja terluas, meliputi 21 desa dari 3 kecamatan (Pangalengan, Kertasari dan Pacet), sementara KPSBU wilayah kerjanya meliputi 16 desa yang terkonsentrasi di Kecamatan Lembang. KUD Cipta Sari wilayah kerjanya meliputi 18 desa, yakni 13 desa di Kecamatan Ciparay dan 5 desa di Kecamatan Arjasari, namun peternak sapi perah anggotanya berada di 3 desa, yaitu Desa Patrolsari, Desa Arjasari dan Desa Pinggirsari. KUD Sarwa Mukti wilayah kerjanya meliputi 8 desa di Kecamatan Cisarua dan 7 desa di Kecamatan Parongpong.

Keempat koperasi sampel memiliki temperatur harian antara 12-28º C yang cocok untuk pengembangan usaha ternak sapi perah. Dilihat dari potensi ketersediaan hijauan, wilayah selatan (KPBS dan KUD Cipta Sari) relatif lebih tersedia dibanding wilayah utara (KPSBU dan KUD Sarwa Mukti). Hal ini disebabkan karena wilayah utara mengalami alih fungsi lahan pertanian yang cukup tinggi. Hal ini berpengaruh pada
tingkat keberlangsungan usaha peternak sapi perah anggota koperasi terutama pada saat musim kemarau. Dengan demikian, partisipasi anggota dalam memanfaatkan teknologi pengawetan rumput/hijauan sangat diharapkan.

2. Tingkat Partisipasi Anggota

Partisipasi dalam organisasi ditandai oleh hubungan identitas yang dapat diwujudkan jika pelayanan yang diberikan oleh koperasi “sesuai” dengan kepentingan dan kebutuhan anggota. Hal ini berarti bahwa jika kebutuhan anggotanya berubah maka pelayanan pun harus terus menerus disesuaikan. Untuk mewujudkan penyesuaian yang berkelanjutan dari pelayanan koperasi terhadap kebutuhan anggota, maka pengurus dan manajer koperasi harus memiliki kemampuan dan motivasi untuk mempengaruhi dan mengendalikan manajemen (Ropke, 2003).

Karakteritik koperasi yang membedakannya dengan organisasi ekonomi lain adalah prinsip identitas ganda, yang mendudukkan anggota sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan. Dalam kedudukan sebagai pemilik, para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan koperasinya dalam bentuk kontribusi keuangan (penyertaan modal, pembentukan cadangan, simpanan) dan melalui usaha-usaha pribadinya dengan mengambil bagian dalam menetapkan tujuan, pembuatan
keputusan dan dalam pengawasan terhadap kehidupan koperasinya. Dalam kedudukan sebagai pelanggan/pemakai, para anggota memanfaatkan berbagai potensi/pelayanan yang disediakan oleh koperasi dalam menunjang kepentingan-kepentingannya (Rusidi, 2002). Tingkat partisipasi anggota dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Partisipasi Anggota sebagai Pemilik dan Pelanggan di Koperasi Sampel


Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata partisipasi peternak untuk seluruh koperasi sampel termasuk kategori tinggi dengan skor 21,9, karena telah ikut serta dalam menambah modal koperasi secara rutin (dipotong dari setoran susu sesuai jumlah susu yang disetorkan ke koperasi), menyampaikan saran dan kritik (terutama anggota yang vokal dan mampu berkomunikasi dengan baik), serta memanfaatkan berbagai layanan yang disediakan koperasi. Berdasarkan perhitungan didapat rata-rata skor sebagai pemilik sebesar 11,1 termasuk kategori cukup dan rata-rata sebagai pelanggan sebesar
10,8 termasuk kategori tinggi. Hal ini dapat dipahami karena motivasi anggota yang utama agar bisa mendapatkan pelayanan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi.

Pada umumnya peternak anggota berani untuk tidak memilih lagi pengurus dan pengawas untuk periode berikutnya, jika kinerja mereka tidak mengakomodir aspirasi anggota, namun demikian mereka tidak berani untuk mengajak anggota lain secara bersama-sama menjadi anggota tidak akt if atau mengancam mau keluar dari keanggotaan. Mereka berpendapat bahwa jika kinerja pengurus dan manajer menyimpang atau ada misinterpretasi antara pengurus dan anggota, maka anggota atau ketua kelompok dapat langsung datang ke koperasi untuk menemui karyawan yang terkait dengan kesalahan prosedur ataupun bertanya langsung kepada manajer, pengurus. Biasanya untuk hal-hal kecil, dapat diselesaikan di daerah dengan petugas komda ataupun tester. Alam demokrasi sudah berkembang di keempat koperasi sampel bahkan arus komunikasi, informasi dan pengarahan dapat menjangkau wilayah terjauh karena fungsi peran Komda.

Pada tahun 2007, mulai terjadi kenaikan harga susu dunia yang berpengaruh terhadap naiknya harga susu di Indonesia termasuk harga susu yang diterima peternak anggota koperasi. Kondisi ini memunculkan para kolektor (pesaing koperasi) yang menawarkan harga susu lebih tinggi, sehingga mengancam kelangsungan usaha koperasi terutama bagi koperasi yang menetapkan harga beli susu dari peternak cukup rendah (contoh KUD Cipta Sari Ciparay). Upaya lain untuk mempertahankan keberlanjutan usaha koperasi yakni dengan cara menyesuaikan besarnya pinjaman anggota dengan jumlah susu yang disetorkan ke koperasi (sebagai jaminan), karena banyak anggota yang belum melunasi hutangnya ke koperasi tetapi kemudian keluar dari keanggotaan.

3. Keberlanjutan Usaha Anggota

Organisasi yang bergerak dalam bidang agribisnis dan berperan sebagai motor penggerak pembangunan pertanian, membutuhkan sistem dan usaha yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, berkeadilan, serta terdesentralisasi (Slamet, 2003). Demikian pula dengan koperasi sapi perah yang berorientasi pada kepentingan anggota dan dihadapkan pada persaingan yang ketat dalam segi kualitas untuk merebut pasar IPS Atas dasar pemikiran tersebut, pemberdayaan kepada peternak perlu mendasarkan pada bagaimana peternak anggota koperasi dapat berinovasi, bekerja sama, berintegrasi, dan berprestasi di dalam wadah kelompok dan koperasi, sehingga pada akhirnya memiliki kompetensi baik secara teknis, ekonomis, maupun sosial, yang pada gilirannya dapat mempertahankan keberlanjutan usaha anggota koperasi, sesuai konsep Chambers dan Conway (1992).Tingkat keberlanjutan usaha anggota koperasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Keberlanjutan Usaha Anggota Koperasi/KUD Sapi Perah Sampel



Keterangan :   * : Jumlah skor subvariabel
KMU : Koperasi Mono Usaha; Kop. : Koperasi
Keadilan Berusaha : Semua koperasi termasuk kategori Cukup

Berdasarkan Tabel 2, tingkat keberlanjutan usaha anggota untuk semua koperasi sampel termasuk kategori cukup. Skor keberlanjutan usaha anggota pada Koperasi Mono Usaha lebih baik dibanding Koperasi Multi Usaha, dilihat dari kemampuan peternak sebagai manajer dan pekerja, jaminan isentif dari koperasi (harga susu) serta upaya pemenuhan kebutuhan anggota, sementara sifat inovatif sama-sama rendah; kemampuan menghadapi resiko dan mengevaluasi usaha sama termasuk kategori cukup. Upaya mempertahankan usaha sapi perah dari anggota Koperasi Mono Usaha relatif lebih baik dibanding anggota Koperasi Multi Usaha/KUD Sapi Perah.

Dalam upaya mempertahankan keberlanjutan usaha anggota, maka koperasi berkewajiban untuk mempertahankan orientasi pelayanan bagi para anggotanya. Hal ini merupakan prinsip dasar dan unik yang melandasi koperasi, bahwa koperasi harus dimiliki serta dikendalikan oleh orang-orang yang melakukan bisnis di dalamnya (Downey dan Erickson, 2004).

4. Hubungan Tingkat Partisipasi Anggota dengan Keberlanjutan Usaha Anggota
Koperasi

Berdasarkan analisis korelasi rank Spearman, menunjukkan bahwa nilai korelasi antara tingkat partisipasi anggota dengan keberlanjutan anggota koperasi sebesar rs = 0,489 dan signifikan pada α = 0,01 dan jika diinterpretasikan ke dalam aturan Guilford (Rachmat, 1998), maka termasuk kategori hubungan dua variabel yang cukup berarti. Hal berarti bahwa semakin tinggi tinggi tingkat partisipasi peternak (anggota) maka semakin tinggi pula tingkat keberlanjutan usaha anggota koperasi tersebut.

Hal ini sejalan dengan pendapat Ropke (1992) dikutip Salim (2004), bahwa melalui dual identity ini maka keungulan dan kelemahan koperasi akan dapat diketahui dan dianalisis serta dikembangkan lebih lanjut. Selanjutnya dinyatakan bahwa anggota dapat memperoleh manfaat dari efisiensi yang diciptakan koperasi, yaitu melalui tindakan bersama (joint venture), penghimpun kekuatan dana, keterampilan, dan yang menghasilan sinergi atau skala ekonomis.

Dalam hal ini, koperasi merupakan lembaga yang dirancang untuk memberikan pelayanan bagi anggotanya sekaligus sebagai pemiliknya, sehingga struktur atau bangun koperasi dirancang untuk menciptakan keunggulan kompetitif di dalam memenuhi kebutuhan anggota (Wirasasmita, 2002 dikutip, Salim, 2004). Tugas pokok atau tujuan utama koperasi adalah mempromosikan ekonomi anggotanya melalui pemberian pelayanan barang dan jasa yang menguntungkan.

Tujuan akhir dari organisasi koperasi dan penyuluhan pertanian adalah tercapainya kesejahteraan petani (peternak) dan masyarakatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, kedua organisasi itu perlu menerapkan pendekatan pemberdayaan kepada anggotanya (masyarakat tani ternak) dengan cara membantu petani peternak agar mampu mengembangkan diri atas dasar inovasi-inovasi yang ada, ditetapkan secara partisipatoris, yang pendekatan metodenya berorientasi pada kebutuhan mereka dan hal-hal yang
bersifat praktis, baik dalam bentuk layanan individu maupun kelompok.

Kesimpulan

  1. Tingkat partisipasi anggota Koperasi/KUD Sapi Perah termasuk kategori tinggi terutama dalam perannya sebagai pelanggan koperasi, namun dalam perannya sebagai pemilik koperasi termasuk kategori cukup.
  2. Tingkat keberlajutan usaha anggota termasuk kategori cukup, baik dilihat dari kapasitas peternak, keadilan berusaha maupun kemandirian peternak.
  3. Tingkat partisipasi anggota berhubungan positif dengan tingkat keberlanjutan usaha anggota koperasi, dengan nilai korelasi rank Spearman (rs) sebesar 0,489, dan jika diinterpretasikan ke dalam aturan Guilford termasuk hubungan yang cukup berarti.


Saran

  1. Dalam rangka meningkatkan partisipasi anggota sebagai pemilik koperasi, maka pihak pengurus dan manajer Koperasi/KUD Sapi Perah perlu memberikan kesempatan pada anggota untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan bahkan evaluasi kinerja koperasi.
  2. Dalam upaya meningkatkan keberlanjutan usaha anggota terutama pada Koperasi Multi Usaha/KUD Sapi Perah maka pihak koperasi perlu menggalakkan kegiatan penyuluhan dan peran koperasi sebagai mitra usaha dan mitra kerja peternak (anggota)(menyediakan sarana-prasarana produksi dan menjual hasil produksi melalui koperasi dengan tingkat harga yang menguntungkan peternak dan koperasi), agar peternak : (a) memiliki motivasi berprestasi dalam usaha ternaknya; (b) memiliki kapasitas sebagai manajer dan pekerja; dan (c) tujuan peternak memasuki koperasi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dapat tercapai.


Daftar Pustaka

Chambers, R. and G.R. Conway. 1992. Sustainable Livelihood : Practical Concept for The 21 St Century. Institute of Development Studies (Discussion Paper, 296 at The University of Sussex). England.
Downey, W.D. dan S.P. Erickson. 2004. Manajemen Agribisnis. Terjemahan Rochidayat Ganda dan Alfonsus Sirait. Penerbit Erlangga. Jakarta
Ndraha, T. 1990. Pembangunan Masyarakat : Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Penerbit Rieneka Cipta. Jakarta.
Rachmat, J. 1998. Metode Penelitian Komunikasi. Penerbit : PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Ropke, J. 2003. Teori Ekonomi Koperasi. Edisi Revisi. Diterjemahkan oleh Sri Djatnika. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Rusidi, 2002. Paradigma Dimensional bagi Pengembangan Teori-teori Koperasi. Dalam Rusidi dan Suratman (editor). 20 Pokok Pemikiran Tentang Pembangunan Koperasi. UPT Penerbitan Ikopin. Sumedang. hlm. 28.
Salim, S. 2004. Reinventing Jatidiri Koperasi. Jurnal Ekonomi Kewirausahaan. ISSN : 1412-3045, Volume III, No 2, Juli 2004. Bandung. hlm 3.
Slamet, M. 2003. Pedoman Umum Penyelenggaraan Penyuluhan Peranian dalam Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis. Dalam Rachmat Prambudy dan Andriyono Kilat Adhi (editor). Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani. Pustaka Wirausaha. Bogor. hlm 1-4.

Sumber: 

Nama              : Afriyanti Rimayu 
NMP/Kelas      : 20211289/2EB09
Tahun             : 2012



REVIEW JURNAL EKONOMI KOPERASI 4 (bag. 2)


REVIEW 10
ANALISIS RENTABILITAS PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DI JAWA TENGAH
Oleh:
Sukardi Ikhsan
(Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia)
Badingatus Solikhah
(Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia)
Gedung C6, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50229

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan data yang diambil dari Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah diketahui bahwa jumlah KPRI di Jawa Tengah yang terdaftar dan telah melaksanakan RAT adalah 2.932 koperasi. Selanjutnya dengan menggunakan rumus Slovin diambil 97 KPRI sebagai sampel penelitian dengan tahun pengamatan 2008 dan 2009, dimana sebagian besar KPRI tersebut bergerak dalam usaha simpan pinjam. Setelah dilakukan pemilihan sampel secara acak berdasarkan kota/kabupaten, terpilih 7 kabupaten/kota sebagaimana terdapat dalam Tabel 2.

Sampel menunjukkan rata-rata nilai rentabilitas sebesar 4.53%. Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal (Munawir, 2007). Standar yang digunakan dalam mengukur rentabilitas ekonomi adalah tingkat suku bunga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Tingkat suku bunga yang berlaku pada tahun 2008 sebesar 8,67% sedangkan tahun 2009 sebesar 7,25% (www.bi.go.id). Rentabilitas KPRI di Jawa Tengah sebesar 4.53% masih jauh dibawah suku bunga yang berlaku dipasar, sehingga angka tersebut memberikan arti bahwa penggunaan asset-aset produktif untuk menghasilkan laba belum maksimal.

Tabel 2. Sebaran Sampel berdasarkan Kota/Kabupaten



Rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.Rentabilitas perusahaan di ukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisien penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa badan usaha tersebut rendabel (Munawir, 2007).

Menurut Keown et al. (2001), tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi ditentukan oleh dua faktor, yaitu profit margin dan turnover of operating assets. Profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan sales.Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha) mengukur sampai seberapa jauh aktiva usaha dipakai dalam perusahaan. Turnover of operating assets dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu.

Dari sisi likuiditas, tingkat likuiditas KPRI di Jawa Tengah termasuk dalam kategori over likuid dengan nilai rata-rata sebesar 360.73%. Hal ini menunjukkan bahwa aktiva lancar pada sebagian besar KPRI belum digunakan secara e! sien. Sementara itu 58.43% dari modal mereka berasal dari pinjaman pihak ketiga. Sehingga hal tersebut semakin membebani KPRI terutama biaya bunga yang harus dibayarnya, terlebih lagi apabila KPRI tersebut tidak mampu menyalurkannya kembali kepada peminjam. Jika ditinjau dari segi pengendalian biaya, sebagian besar KPRI di Jawa Tengah menunjukkan kinerja yang cukup efisien dengan angka BOPO sebesar 73.05%. Sehingga rata-rata laba operasi yang diperoleh oleh KPRI di Jawa Tengah adalah 26.95% dari pendapatan operasinya.Sebagian besar dari KPRI yang diteliti termasuk dalam kategori usaha menengah dengan rata-rata asset Rp 1,485,750,989.00. Hal ini ditampilkan secara lengkap dalam Tabel 1.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasik yang terdiri atas normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi (Ghozali, 2006).Berdasarkan hasil pengujian tidak terdapat prasyarat yang dilanggar. Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS diperoleh angka R2adjusted sebesar 19.7%. Hal tersebut berarti bahwa variabilitas variabel rentabilitas yang mampu dijelaskan oleh variabilitas varibel likuiditas, solvabilitas, e! siensi pengendalian biaya dan ukuran koperasi hanya sebesar 19.7%, sedangkan sisanya sebesar 80.3% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Nilai koefisien determinasi tersebut kecil dikarenakan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data crossection dengan variasi yang besar antara masing-masing pengamatan.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif



Selanjutnya, keempat variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, variable Solvabilitas, BOPO dan Size terbukti berpengaruh signi! kan terhadap Rentabilitas KPRI di Jawa Tengah. Sedangkan satu variable lainnya yaitu Likuiditas tidak dapat dibuktikan berpengaruh terhadap rentabilitas.

Berdasarkan hasil pengujian bersama atas seluruh variabel independen terhadap rentabilitas (uji F) diperoleh nilai Fhitung sebesar 12.124 dengan nilai signi! kansi 0.00 dibawah derajat kebebasan 0.05 dengan arah positif. Hal ini ditunjukkan dalam Tabel 3 secara lengkap.

Tabel 2. Uji F


Secara keseluruhan ringkasan hasil pengujian hipotesis nampak dalam Tabel 4 yang menunjukkan bahwa Hipotesis1 ditolak, sedangkan Hipotesis2, Hipotesis3, Hipotesis4, Hipotesis5 diterima.

Tabel 3. Ringkasan hasil Pengujian Hipotesis


Hasil pengujian hipotesis 1, diperoleh bukti empiris bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap rentabilitas koperasi.Rata-rata tingkat likuiditas pada KPRI di Jawa Tengah adalah360.73% (over likuid) yang menunjukkan bahwa aktiva lancar pada KPRI terlalu tinggi dibandingkan dengan hutang lancarnya.Hal tersebut dapat terjadi karena sebagian besar KPRI yang menjadi objek pengamatan bergerak dalam usaha simpan pinjam dimana akun Piutang Usaha menunjukkan angka yang cukup tinggi.Banyaknya piutang yang belum dilunasi tersebut disebabkan jangka pelunasan yang relatif lama oleh para anggota koperasi. Aktiva lancar yang tinggi berarti KPRI mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya namun dengan aktiva yang tinggi tersebut mengindikasikan banyak dana yang menganggur sehingga kondisi ini menyebabkan KPRI tidak dapat memaksimalkan labanya.

Hasil penelitian tersebut tidak mendukung teori yang dikemukakan Riyanto (2008) dan hasil penelitian Lazaridis & Tryfonidis (2006) yang menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sehingga mampu memenuhi segala kewajiban ! nansiilnya yang harus segera dipenuhi, dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid sehingga laba yang diperoleh maksimal dan tingkat rentabilitas ekonomi juga akan rendabel. Sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid. Perusahaan yang illikuid suatu waktu akan menghadapi kesukaran keuangan pada waktu jatuh tempo memenuhi kewajibannya sehingga akan berakibat pada rentabilitas ekonomi yang tidak rendabel.

Pengujian terhadap hipotesis kedua bahwa solvabilitas berpengaruh negatif terhadap rentabilitas koperasi dapat dibuktikan dengan koe! sien -0.008. Angka tersebut memberikan arti setiap ada kenaikan tingkat solvabilitas sebesar 1% maka rentabilitas akan turun sebesar 0.8%. Variabel solvabilitas yang diproxykan dengan rasio total hutang terhadap total aktivanya menunjukkan rata-rata sebesar 58.43%. Nilai tersebut berarti bahwa modal koperasi lebih banyak berasal dari pinjaman pihak ketiga dibandingkan dengan simpanan pokok dan simpanan wajib anggota koperasi. Kondisi tersebut berakibat kepada beban bunga yang harus dibayar koperasi cukup tinggi. Sementara itu apabila dilihat dari segi penyaluran dana dalam bentuk pinjaman terhadap anggotanya juga memperlihatkan kondisi yang kurang efisien, yaitu jangka waktu pelunasan yang cukup lama sehingga dana banyak yang menumpuk di piutang. Apabila kondisi tersebut tidak segera dibenahi maka lambat laun kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba semakin kecil sehingga akan berakibat terhadap penurunan nilai rentabilitasnya.

Temuan tersebut selaras dengan pendapat Weston & Copeland (1996) bahwa solvabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rentabilitas ekonomi.Apabila perusahaan mampu membayar hutang-hutangnya pada saat dilikuidasi maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan solvabel. Dimana perusahaan akan memperoleh laba yang akan meningkatkan pencapaian rentabilitas ekonomi. Sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu membayar seluruh hutang-hutangnya pada saat dilikuidasi maka perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel sehingga dapat mengakibatkan rentabilitas ekonomi yang tidak rendabel.

Konsep Van Horne & Wachowicsz Jr (2005) juga semakin memperkuat temuan tersebut. Rasio debt to total asset menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar risiko keuangan. Semakin rendah rasio ini semakin rendah risiko keuangan perusahaan.

Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa efisiensi pengendalian biaya berpengaruh negative terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di Jawa Tengah berhasil dibuktikan. Koe! sien sebesar –0.067 menunjukkan bahwa setiap ada penurunan BOPO sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan rentabilitas ekonomi sebesar 6.7%. Atau dengan kata lain, pengendalian biaya yang efisien akan berpengaruh terhadap kenaikan laba koperasi. Hal ini menunjukkan KPRI tersebut mampu mengelola biaya dengan optimal sehingga dengan pengendalian biaya yang sangat efisien dapat mendatangkan laba yang berdampak pada meningkatnya rentabilitas ekonomi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa efisiensi pengendalian biaya berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi.Menurut Munawir (2007) efisiensi pengendalian biaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi profitabilitas.Jika biaya operasional yang dikeluarkan tinggi maka laba yang diperoleh lebih kecil sehingga menyebabkan menurunnya rentabilitas ekonomi perusahaan. Sebaliknya, jika biaya operasional yang dikeluarkan rendah maka laba yang diperoleh lebih besar sehingga menyebabkan meningkatnya rentabilitas ekonomi.

Pengujian atas variabel size/ukuran koperasi menunjukkan hasil bahwa semakin besar ukuran koperasi maka semakin kecil rentabilitas ekonominya. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesisyang diajukan bahwa semakin besar ukuran koperasi maka semakin tinggi tingkat rentabilitasnya.

Size/ukuran koperasi yang diproxykan dengan jumlah aset yang dimiliki ternyata tidak dapat menjamin tinggi atau rendahnya rentabilitas yang mampu dihasilkan koperasi. Koperasi dengan aset yang tinggi sehingga koperasi tersebut tergolong dalam kategori usaha besar ternyata tidak berarti bahwa rentabilitas ekonominya menjadi semakin tinggi atau sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar KPRI di Jawa Tengah belum mampu mengelola asetnya dengan baik untuk menghasilkan laba. Atau aset yang dimiliki koperasi tersebut bukan merupakan asset produktif yang mampu mendongkrak laba.

Pendapat lain yang tidak mendukung hasil penelitian tentang size berpengaruh positif terhadap rentabilitas ekonomi adalah dari Brigham & Houston (2006), jika rata-rata total penjualan bersih yang dicapai oleh perusahaan tinggi, maka perolehan rentabilitas ekonomi juga akan rendabel. Sebaliknya, jika rata-rata total penjualan bersih yang dicapai oleh perusahaan rendah, maka perolehan rentabilitas ekonomi tidak rendabel.

Hipotesis terakhir seperti terlihat dalam tabel yang ingin membuktikan pengaruh bersama atas seluruh variabel independen terhadap rentabilitas koperasi terbukti signi! kan. Namun pengaruh bersama tersebut menunjukkan nilai yang kecil. Hal tersebut dikarenakan karena dari keempat variabel independen yang diajukan ternyata hanya dua variabel yang terbukti berpengaruh signifikan dengan arah hubungan yang sesuai dengan hipotesis. Nilai koefisien determinasi R2 yang dihasilkanpun juga kecil yaitu hanya sebesar 19.7%.

Penutup

Hasil penelitian dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan bukti empiris bahwa variabel solvabilitas, e! siensi pengendalian biaya dan size berpengaruh signi! kan terhadap rentabilitas ekonomi koperasi. Variabel likuiditas tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi koperasi. Hasil pengujian bersama atas variabel likuiditas, solvabilitas, efisiensi pengendalian biaya dan size terhadap rentabilitas ekonomi koperasi dapat dibuktikan.

Bagi peneliti yang hendak mengkaji rentabilitas koperasi secara lebih mendalam dapat menambahkan variabel lain seperti perputaran modal kerja, profit margin, maupun struktur modal koperasi.Penelitian lebih lanjut dapat mengklasi! kasikan koperasi sesuai dengan jenis usaha masing-masing sehingga hasilnya lebih robust karena dimungkinkan setiap jenis usaha tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.

Daftar Pustaka

Brigham, E.F. dan J.F. Houston 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro
Gitosudarmo, I. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi 4. Yogyakrta: BPFE
Hanafi, M.M. dan A. Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Husein, U. 1996. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Persada
Keown, A.J., S.Jr.J.D. Martin dan J.W. Petty. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Lazaridis, I. dan D. Tryfonidis. 2006. " e Relationship Between Working Capital Management and Profitability of Listed Companies In " e Athens Stock Exchange. www.ssrn.com/papers
Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty
Riyanto, B. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia UU. Republik Indonesia No. 25 tentang Perkoperasian. 1992. Jakarta: Dep. Koperasi dan UMKM UU. Republik Indonesia No. 20 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 2008. Jakarta: Dep. Koperasi dan UMKM.
Van Horne, J.C. dan J.M. Wachowicsz Jr. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Weston, J.F. dan T.E. Copeland. 1996. Manajemen Keuangan. Edisi 8. Jakarta: Erlangga
www.bi.go.id tentang tingkat suku bunga tahun 2008 dan 2009


Nama              : Afriyanti Rimayu 
NMP/Kelas      : 20211289/2EB09
Tahun             : 2012


REVIEW JURNAL EKONOMI KOPERASI 4 (bag. 1)


REVIEW 9
ANALISIS RENTABILITAS PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DI JAWA TENGAH
Oleh:
Sukardi Ikhsan
(Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia)
Badingatus Solikhah
(Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia)
Gedung C6, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50229

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestasikan pengaruh liquidity, solvability, cost efficiency dan size terhadap economic rentability baik secara parsial maupun simultan. Populasi dari penelitian ini adalah Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) yang terdaftar pada DINPERINDAGKOP and UMKM dari tahun 2008 sampai 2009. 97 KPRI dari 7 kota dipilih secara random sebagai sampel. Data dianalisis dengan menggunakan descriptive statistics dan multiple regression. Hasilnya memperlihatkan bahwa solvability, cost effeciency and size mempengaruhi economic rentability; liquidity tidak mempengaruhi economic rentability; dan liquidity yang simultan, solvability, cost effeciency and size mempengaruhi economic rentability.

Pendahuluan

Pada umumnya tujuan perusahaan adalah memperoleh laba yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat terus berkembang serta memberikan pengembalian yang menguntungkan bagi para pemiliknya. Namun dalam kondisi persaingan yang terus meningkat pada masa sekarang ini, tujuan tersebut tidak mudah untuk dicapai.

Berlainan dengan perusahaan atau organisasi yang bertujuan semata-mata mencari laba, karakteristik penting lain dari koperasi terlihat dari fungsi dan peran yang diamanatkan oleh UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian yang di antaranya adalah: membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

Berangkat dari amanat tersebut, pengelola koperasi harus mampu mengoptimal harta yang dimiliki untuk kemakmuran anggotanya.Untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam upaya mewujudkan operasi perusahaan yang efisien dalam menghasilkan laba, tidak hanya dapat dilihat dari besar kecilnya jumlah laba yang diperoleh, tetapi dapat dilihat dari rentabilitasnya. Keberadaan laba yang besar belum cukup mencerminkan tingkat keberhasilan suatu badan usaha tanpa disertai tingkat rentabilitas yang rendabel (modal yang digunakan untuk menghasilkan laba sangat efisien).

Salah satu contoh data yang terakhir menyebutkan bahwa sebagian besar kesempatan kerja ternyata dihasilkan oleh pengusaha kecil menengah dan koperasi.Sementara itu ditinjau dari segi jumlah, saat ini tercatat 12.426 unit koperasi aktif di Jawa Tengah pada tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2009 jumlah tersebut meningkat signi! kan menjadi 19.850 unit (www.depkop.go.id). Sebuah jumlah yang sangatlah fantastis.

Pada setiap koperasi tingkat rentabilitas tidak selamanya sesuai dengan harapan, kadangkala mengalami peningkatan dan kadang mengalami penurunan. Tingkat rentabilitas ekonomi berdasarkan kenyataan yang ada pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (yang selanjutnya disingkat KPRI) di lingkungan Jawa Tengah juga berbeda-beda. Melihat kenyataan tersebut tidak semua KPRI tingkat rentabilitasnya sesuai dengan standart rentabilitas yang di ukur dengan tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku pada tahun tersebut.

Ada dua cara dalam penilaian rentabilitas yaitu rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri (Riyanto, 2008). Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal pinjaman yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam prosentase.Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital). Demikian pula laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasinya perusahaan yaitu laba usaha (net operating income).Sedangkan rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan (Riyanto, 2008).Rentabilitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rentabilitas ekonomi, karena pada sebagian besar KPRI di Jawa Tengah menggunakan modal sendiri dan modal pinjaman untuk menjalankan usahanya.

Menurut Riyanto (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas adalah profit margin dan turn over of operating asset Sedangkan menurut Wasis (1993) faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas ekonomi adalah volume penjualan, efisiensi penggunaan biaya, profit margin, dan struktur modal.Selain itu, menurut Hanafi & Halim (2007), likuiditas dan solvabilitas dapat mempengaruhi tingkat rentabilitas yang berkaitan dengan penggunaan modal kerja. Sedangkan menurut Brigham & Houston (2006) size badan usaha dapat mempengaruhi rentabilitas ekonomi.

Berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh antara likuiditas, solvabilitas, size, efisiensi pengendalian biaya dan size terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di Jawa Tengah tahun 2008 – 2009 baik secara simultan dan parsial.

Metode

Populasi penelitian ini adalah seluruh KPRI yang masih aktif atau terdaftar di DINPERINDAGKOP dan UMKM setiap Kabupaten/Kota di seluruh Jawa Tengah serta telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tutup buku tahun 2008-2009. Tehnik pengambilan atau penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling berdasarkan kota/kabuten. Teknik ini merupakan tipe pemilihan sampel dengan cara mengambil sebagian secara acak dari seluruh KPRI di Jawa Tengah.

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari 4 variabel yaitulikuiditas, solvabilitas, efisiensi pengendalian biaya dan size.Likuiditas mampu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Dalam penelitian ini likuiditas diukur dengan current ratio dengan indikator aktiva lancar yang dinyatakan dalam rupiah, kewajiban lancar yang dinyatakan dalam rupiah(Riyanto, 2008).

                            (Aktiva Lancar)
Current Ratio=   _______________x100%                                                                ................. (1)
                        (Kewajiban Lancar
H1: Likuiditas berpengaruh positif terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di Jawa Tengah tahun 2008-2009.

Solvabilitas mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban keuangan apabila perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan. Dalam penelitian ini solvabilitas diukur dengan debt to total assets yang indikatornya adalah:
a. Total Hutang yang dinyatakan dalam rupiah
b. Total Aktiva yang dinyatakan dalam rupiah

(Total Hutang)
Debt To Total Assets=_____________x100%                                                           ................. (2)
(Total Aktiva)

H2: Solvabilitas berpengaruh negatif terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di Jawa Tengah tahun 2008-2009 (Riyanto, 2008).

Untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan koperasi dalam melakukan kegiatan operasinya. Dalam penelitian ini efisiensi pengendalian biaya diukur dengan menggunakan rasio BOPO yang indikatornya adalah:
a. Biaya Operasional yang dinyatakan dalam rupiah
b. Pendapatan Operasional yang dinyatakan dalam rupiah

        (Biaya Operasional)
BOPO=______________________x 100%                                                                ................. (3)
(Pendapatan Operasional )

H3 : E! siensi pengendalian biaya berpengaruh negatif terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di
Jawa Tengah tahun 2008-2009 (Gitosudarmo, 2002).

Size menunjukkan ukuran mengenai besarnya suatu perusahaan sebagai suatu entitas ekonomi. Dalam penelitian ini, size dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki oleh koperasi yang bersangkutan. Total aktiva dipilih sebagai proksi size dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva lebih stabil dibandingkan dengan nilai penjualan. Selain itu, dalam neraca RAT pada pasiva terdapat modal sendiri dan jumlah hutang-hutang (jangka pendek dan jangka panjang) yang secara otomatis merupakan gambaran total aktiva karena total aktiva sama jumlahnya dengan total pasiva yang mencerminkan keadaan KPRI pada periode tertentu.

Size menurut UU No. 20 tahun 2008 tentang usaha Mikro, Kecil dan Menengah, kategori size jika dilihat dari total kekayaan digolongkan menjadi 4 yakni:

Tabel 1. Kriteria Ukuran Koperasi(Size)



H4: size berpengaruh positif terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di Jawa Tengah tahun 2008-2009

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah rentabilitas ekonomi pada KPRI di Jawa Tengah. Rentabilitas ekonomi diproduksi dengan ROA karena sebagian besar KPRI di Jawa Tengah menggunakan modal baik modal sendiri maupun modal pinjaman. Sehingga rentabilitas ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut:

(Laba Usaha)
Rentabilitas Ekonomi=____________x100%                                                             ................. (4)
(Total Aktiva)

H5: Likuiditas, solvabilitas, efisiensi pengendalian biaya dan size berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di Jawa Tengah tahun 2008-2009 (Riyanto, 2008).

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.



Gambar 1. Model Kerangka Pemikiran Teoritis

Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Laporan Keuangan Tahunan Koperasi yang telah melaksanakan RAT. Selanjutnya data dipilih secara acak berdasarkan kota/kabupaten di Jawa Tengah.

Setelah data berhasil dikumpulkan, langkah berikutnya adalah menganalisis data tersebut (Husein, 1996). Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran kondisi tingkat rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, efisiensi pengendalian biaya dan size pada KPRI di Jawa Tengah tahun 2008-2009.

Dalam analisis ini diguanakan alat analisis regresi linear berganda untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Data yang digunakan untuk melakukan regresi liner berganda yaitu data efisiensi masing-masing indikator dari variabel bebas yaitu likuiditas, solvabilitas, efisiensi penggendalian biaya dan ukuran/size perusahaan.
Nama              : Afriyanti Rimayu 
NMP/Kelas      : 20211289/2EB09
Tahun             : 2012

REVIEW JURNAL EKONOMI KOPERASI 3 (bag. 2)


REVIEW 8
ANALISIS MEMBERS PROMOTION PADA KOPERASI DI KABUPATEN WONOGIRI
Oleh:
Wahyu Agung Setyo
(Jurnal Ilmu Ekonomi & Pembangunan (JIEP) Vol. 7, No. 1, 2007 : hal 70-80)

Analisis data dan Pembahasan

  • Deskripsi Penilaian Anggota
1. Penilaian anggota terhadapat MEL
Merupakan selisih harga pelayanan antara koperasi dengan harga pelayanan non koperasi. Jika harga pelayanan (harga jual dan tingkat bunga) koperasi lebih rendah dibanding non koperasi, berarti anggota memperoleh manfaat ekonomi secara langsung dalam berkoperasi.

2. Penilaian anggota terhadapat kualitas pelayanan
Tingkat kualitas pelayanan KUD sangat mempengaruhi partisipasi anggota. Semakin baik pelayanan yang diberikan semakin tinggi partisipasi anggota. Kualitas pelayanan mencakup antara lain: mutu barang yang dijual KUD, kontinuitas produk, syarat peminjaman dll.

3. Penilaian anggota terhadapat SHU
Sisa hasil usaha merupakan manfaat ekonomi tidak langsung yang diperoleh anggota. SHU merupakan sisa dari pendapatan koperasi setelah dikurangi biaya-biaya yang dibagi berdasarkan jasa usaha anggota.

4. Penilaian anggota terhadapat pengelolaan KUD
Yaitu anggota sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi pasti mengharapkan koperasi/KUD dapat dikelola dengan baik, transparan, dan member manfaat kepada anggota.

5. Penilaian anggota terhadapat kondisi persaingan
Koperasin sebagai salah satu pelaku ekonomi, dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak terlepas dari kondisi persaingan. Persaingan yang semakin kompetitif menuntut koperasi yang punya daya saing sehingga anggota akan tetap melakukan transaksi dengan koperasi.

  • Analisis Data Kuantitatif
Guna membuktikan hipotesis penelitian, digunakan alat analisis regresi linear berganda untuk menguji pengaruh MEL, pelayanan, SHU, persepsi anggota dan kondisi persaingan terhadap partisipasi anggota KUD.

Berdasarkan penghitungan yang dilakukan degan program SPSS diperoleh basis sebagai berikut:

Table 5.6. Hasil Analisis Regresi terhadap variable-variabel yang Diduga Mempengaruhi Partisipasi Anggota KUD



Berdasarkan hasil pengolahan data  yang telah dilakukan dapat dimasukan dalam persamaan regresi linear berganda semi Log sbb:

LogY=1,99+0,129X1-0,000459X2+0,0217X3-0,00311X4+0,0212X5
Selanjutnya dilakukan pengujian dan interpretasi ekonomi dari hasil pengolahan data sbb:

1. Uji Signifikasi Secara Individual (t)

Tabel 5.7. Hasil Uji t


Berdasarkan kesimpulan dari uji t tersebut, maka secara individual, variabel yang berpengaruh signifikasi terhadap partisipasi anggota adalah manfaat ekonomi langsung (MEL) dan sisa hasil usaha (SHU) pada tingkat signifikasi 5%.

2. Uji Signifikasi Secara Bersama-sama (F)

Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai F hitung sebesar 82,288, sedangkan F tabel sebesar 3,77. Karena F hitung > F tabel maka Ho ditolak. Berarti bahwa secara bersama-sama variabel Mel, Pelayanan, SHU, persepsi dan kondisi persaingan berpengaruh signifikasi terhadap tingkat partisipasi anggota dalam koperasi.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai R2 sebesar 0,912. Berarti bahwa 91,2% variasi partisipasi anggota dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh variasi dari variabel MEL, Pelayanan, SHU, persepsi dan persaingan, sedangkan 8,8% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.

4. Interpretasi Ekonomi

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan analisis regresi diperoleh basil bahwa variabel manfaat ekonomi langsung (MEL) dan sisa hasil usaha (SHU) berpengaruh signifikan terhadap patisipasi anggota.

Nilai koefisien regresi MEL dan SHU yang positif menunjukkan bahwa semakin koperasi memberi manfaat ekonomi langsung harga jual yang lebih murah, bunga pinjaman yang lebih rendah dan SHU yang semakin tinggi, maka partisipasi anggota dalam memanfaatkan pelayanan koperasi juga akan semakin meningkat. Selanjutnya partisipasi anggota yang tinggi sangat menentukan keberhasilan koperasi dalam mencapai koperasi yang sehat dan efisien (profit oriented) maupun usaha meningkatkan kesejahteraan anggota.

Dilain pihak, pelayanan, persepsi anggota dan kondisi persaingan ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi anggota. Hal ini menunjukan bahwa anggota lebih mengutamakan manfaat ekonomi yang diperoleh dalam membeli atau meminjam (partisipasi) ke koperasi, sedangkan faktor-faktor tidak berpengaruh.

Kesimpulan

  1. Manfaat ekonomi langsung (MEL) dan sisa hasil usah (SHU) berpengaruh positif dan signitifkan terhadap pastisipasi anggota. Semakin KUD meberi manfaat ekonomi langsung (harga jual yang lebih murah, bunga pinjaman yang lebih rendah) dan SHU yang semakin tinggi, maka partisipasi anggota dalam memanfaatkan pelayanan koperasi juga meningkat.
  2. Jika koperasi (KUD) dapat meningkatkan kesejahteraan anggota (members promotion) dalam bentuk manfaat ekonomi langsung dan tidak langsung dalam berkoperasi, maka partisipasi anggota semakin meningkat. Partisipasi anggota yang tinggi pada akhirnya menentukan keberhasilan koperasi.


Saran

  1. Koperasi (KUD) harus menciptakan harga jual dan tingkat bunga yang menjamin tercapainya dua tujuan sekaligus yakni, koperasi memperoleh keuntungan dan anggota memperoleh manfaat ekonomi langsung dalam bentuk harga atau bunga yang lebih murah disbanding non koperasi.
  2. Tujuan profit oriented dan members promotion oriented tersebut harus didukung olehn kemampuan koperasi (KUD) dalam manajemen, kewirausahaan (enterneuship) dan daya saing di tengah pasar yang semakin kompetitif.


Daftar Pustaka

Hanel, A, 1992, Basic Aspect of Cooperative and Policies for Their Promotion in developing countries. Marburg. West Germany.
Ign. Sukamdyo. 1996. Manajemen Koperasi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Ramudi Arifin, 1994, Ekonomi Koperasi. Institute Manajemen Koperasi Indonesia, Bandung.
Ropke Jochen, 1989. The Economic Theory Of Coopertives. Marburg, West Germany.
Ropke Jochen, 1995. Kewirausahaan Koperasi, UPT Penerbitan IKOPIN, Bandung.
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.
Undang-Undang Perkoperasian No. 25/1992. IKOPIN, Bandung.



Nama              : Afriyanti Rimayu 
NMP/Kelas      : 20211289/2EB09
Tahun             : 2012